Sabtu, 12 April 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN HYDROCELE






“ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN HYDROCELE”




DISUSUN OLEH 
Yovianus Lusi Boli
PO. 530320312 711


KEMENTRIAN  KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU
2013
 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
           Tunika vaginalis di skrotum sekitar testis normalnya tidak teraba, kecuali bila mengandung cairan membentuk hidrokel, yang jelas bersifat diafan (tembus cahaya) pada transiluminasi. Jika tidak dapat ditemukan karena besarnya hidrokel, testis harus dicari di sebelah dorsal karena testis terletak di ventral epididimis sehingga tunika vaginalis berada di sebelah depan. Bila ada hidrokel, testis dengan epididimis terdorong ke dorsal oleh ruang tunika vaginalis yang membesar. Hidrokel testis mungkin kecil atau mungkin besar sekali. Hidrokel bisa disebabkan oleh rangsangan patologik seperti radang atau tumor testis. Hidrokel dapat dikosongkan dengan pungsi, tetapi sering kambuh kembali. Pada operasi, sebagian besar dinding dikeluarkan. Kadang ditemukan hidrokel terbatas di funikulus spermatikus yang berasal dari sisa tunika vaginalis di dalam funikulus; benjolan tersebut jelas terbatas dan bersifat diafan pada transiluminasi. Pada pungsi didapatkan cairan jernih. Jarang sekali ditemukan benjolan diafan di funikulus yang dapat dihilangkan dengan tekanan, sedangkan memberikan kesan terbatas jelas di sebelah kranial. Bila demikian, terdapat tunika vaginalis yang berhubungan melalui saluran sempit dengan rongga perut dan berisi cairan rongga perut. Hernia inguinalis lateralis atau indirek yang mengandung sedikit cairan rongga perut ini kadang diberikan nama salah hidrokel komunikans. Karena hubungan dengan rongga perut terlalu sempit sekali. Kelainan ini memberi kesan hidrokel funikulus; “kantong” hernia ini tidak dapat dimasuki usus atau omentum.
         Hidrokel sering ditemukan pada bayi baru lahir. Hidrokel terjadi akibat adanya kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum membengkak. Secara normal, hidrokel akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa bulan setelah bayi lahir.

B.     TUJUAN PENULISAN
1.      Tujuan umum
Secara umum diharapkan kepada pembaca terutam mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami tentang gangguan asuhan keperawatan pada anak dengan hidrokel.
2.      Tujuan khusus.
a.       Menjelaskan dan menyebutkan pengertian hidrokel.
b.      Menyebutkan etiologi dari hidrokel.
c.       Mengetahui klasifikasi hidrokel.
d.      Menjelaskan patofisiologi dari hidrokel.
e.       Menyebutkan manifestasi klinis dari hidrokel.
f.       Menyebutkan pemeriksaan diagnostik dari hidrokel.
g.      Mengetahui penatalaksanaan medis.
h.      Mengetahui komplikasi dari hidrokel.
i.        Mengetahui dan dapat Mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan hidrokel.


BAB II
LANDASAN TEORI

A.    KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFENISI
Hidrokel berasal dari dua kata yaitu hidro ( air ) dan cell (rongga / celah). Dapat diartikan secara harafiah bahwa hidrokel adalah adanya penumpukan air pada rongga khususnya pada tunika vaginalis.( Behram. 2000).
Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis, yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karenagangguan dalam pembentukan alat genitalia external, yaitu kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum.
Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum membengkak.(Pramono,Budi.2008).
Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan parietalis dan visceralis tunika vaginalis testis. (Pramono,Budi.2008).

2.      ETIOLOGI
   Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena :
a.       Belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan    peritoneum ke prosesus vaginalis (Hernia Komunikan)
b.      Belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.

















            3.PATOFISIOLOGI/ PATHWAY
HYDROCELLE
 



Kelainan pada testis
Ä  Resiko infeksi b.d insisi post operasi
Ä  Defisit pengetahuan orang tua b.d kondisi prosedur pembedahan post operasi
Ä  Nyeri b.d gangguan pada kulit jaringan, pembedahan.
Ä  Gangguan rasa nyaman b.d pembengkakan skrotum
Ä  Resiko kerusakan integritas kulit skrotum b.d Adanya gesekan dan pergangan jaringan trauma kulit skrotum
Ä  Perubahan bodi image b.d perubahan bentuk skrotum
Ä  Ansietas pada orang tua b.d kondisi anaknya
Post operasi
Pre operasi
pembengkakan
Atrofi testis
Menekan peredaran darah di dalam testis
Obstruksi di aliran limfe/ vena di dalam funikulus spermatikus
Terakumulasi cairan di tunika vaginalis
Tidak menutupnya rongga antara tunika  vaginalis
Penyumbatan cairan/darah
Penumpukan darah di tunika vaginalis
 



























 4.  GEJALA KLINIS
Gambaran klinis hidrokel kongenital tergantung pada jumlah cairan yang tertimbun. Bila timbunan cairan hanya sedikit, maka testis terlihat seakan-akan sedikit membesar dan teraba lunak. Bila timbunan cairan banyak terlihat skrotum membesar dan agak tegang. Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu
a.       Hidrokeltestis
Pada hidrokel testis,kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba.Pada anamnesis,besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.
b.      Hidrokel funikulus
Pada hidrokel funikulus,kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial testis,sehingga pada palpasi,testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel.Pada anamnesis,kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
c.       Hidrokel komunikan.
Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen. Pembagian ini penting karena berhubungan dengan metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel.

3.    KOMPLIKASI
a.       Hematom pada jaringan skrotum yang kendor.
b.      Kalau tidak ditangani segera,penumpukan cairan ini bisa mengganggu kesuburan dan fungsi seksualnya.
c.       Infeksi testis.

4.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis hidrokel dapat dibuat dengan transiluminasi skrotum.Bila dilakukan transiluminasi pada hidrokel terlihat translusen,terlihat benjolan terang dengan masa gelap oval dari bayangan testis.Pemeriksan USG dapat dipertimbangkan apabila hasil pemeriksaan transiluminasi tidak jelas yang disebabkan oleh tebalnya kulit skrotum pasien.Dengan hasil USG berwarna keabu-abuan.

5.      PENATALAKSANAAN
           Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup,hidrokel akan sembuh sendiri;tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi.
Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi :
Ø  Aspirasi
Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka kekambuhannya tinggi, kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi.Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah :
a.       Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah.
b.      Indikasi kosmetik
c.       Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Ø  Hidrokelektomi
        Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus melakukan herniografi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan scrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau plikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto. Pada hidrokel tidak ada terapi khusus yang diperlukan karena cairan lambat laun akan diserap, biasanya menghilang sebelum umur 2 tahun.
Tindakan pembedahan berupa hidrokelektomi. Pengangkatan hidrokel bisa dlakukan anestesi umum ataupun regional (spinal). Tindakan lain adalah dengan aspirasi jarum (disedot pakai jarum). Cara ini nggak begitu digunakan karena cairan hidrokelnya akan terisi kembali. Namun jika setelah diaspirasi kemudian dimasukkan bahan pengerut (sclerosing drug) mungkin bisa menolong.(Mayo Cliinic).











BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN
1.      Identitas klien yang mencakup nama, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaaan.
2.      Anamnese
Anamnese berkaitan tentang lamanya pembengkakan skrotum dan apakah ukuran pembengkakan itu bervariasi baik pada waktu istirahat maupun pada keadaan emosional (menangis,ketakutan).
3.      Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, hidrokel dirasakan sesuatu yang oval atau bulat, lembut dan tidak nyeri tekan. Hidrokel dapat dibedakan dengan hernia melalui beberapa cara :
a.    Pada saat pemeriksaan fisik dengan Transiluminasi/diaponaskopi hidrokel berwarna merah terang,dan hernia berwarna gelap.
b.   Hidrokel pada saat di inspeksi terdapat benjolan yang hanya ada di scrotum,dan  hernia di lipatan paha.
c.    Auskultasi pada hidrokel tidak terdapat suara bising usus, tetapi pada hernia terdapat suara bising usus.
d.   Pada saat di palpasi hidrokel terasa seperti kistik, tetapi pada hernia terasa kenyal.
e.    Hidrokel tidak dapat didorong, hernia biasanya dapat didorong.
f.    Bila dilakukan transiluminasi pada hidrokel terlihat transulen,pada hernia tidak.
4.      Kaji sistem perkemihan
5.      Kaji setelah pembedahan : infeksi, perdarahan, disuria, dan drainase
6.      Lakukan transluminasi test : ambil senter, pegang skrotum,sorot dari bawah;bila sinar  merata pada bagian skrotum maka berarti isinya cairan ( bila warnanya redup ).
                             
B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Pre operasi
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d pembengkakan skrotum
b.Resiko kerusakan integritas kulit :skorotum b.d adanya gesekan dan peregangan jaringan kulit skrotum.
c. Perubaan body image :citra tubuh b.d perubahan bentuk skrotum.
d.     Ansietas pada orangtua b.d kondisi anaknya dan kurang pengetahuan merawat anak.

2.      Post operasi
a.  Resiko infeksi b.d insisi post operasi.
b. Deficit pengetahuan orangtua b.d kondisi anak : prosedur pembedahan, perawatan        postop, program penatalaksanaan.
c.  Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan, trauma pembedahan.

C.    PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN PELAKSANAAN
1.      Pre operasi
a.      Gangguan rasa nyaman(nyeri) b.d pembengkakan skrotum
Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan intervensi, rasa tidak nyaman berkurang bahkan hilang
Kriteria hasil : Pembengkakan skrotum berkurang, Klien merasa nyaman, nyeri klien berkurang bahkan hilang Skala nyeri 0-3.
                        Intervensi Keperawatan :
1.      Kaji skala, karakteristik dan lokasi nyeri yang dialami klien sesuai dengan PQRST.
            RASIONAL : mengidentifikasi nyeri akibat gangguan lain.
2.      Catat petunjuk nnonverbal seperti gelisah, menolak untuk bergerak, berhati-hati saat beraktifitas dan meringis
RASIONAL : mendeskripsikan tingkat nyeri
3.      Ajarkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman atau tekhnik relaksasi misalnya duduk dengan kaki agak dibuka dan nafas dalam.
RASIONAL : mengurangi sensasi nyeri
4.      Berikan tindakan nyaman massage punggung, mengubah posisi dan aktifitas senggang.
RASIONAL : mengurangi sensasi nyeri.
5.      Observasi dan catat pembesaran skrotum ( bila perlu ukur tiap hari ), cek adanya keluhan nyeri.
RASIONAL : menjadi acuan dalam perrkembangan terapi yang sudah diberikan.
6.      Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
RASIONAL : mengurangi sensasi nyeri.
b.      Resiko kerusakan integritas kulit : skrotum b.d adanya gesekan dan peregangan jaringan kulit skrotum.
Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan intervensi, kerusakan integritas kulit tidak terjadi,
Kriteriahasil : Tidak ada lecet dan kemerahan di sekitar area pembesaran.
               Intervensi :
1.      Kaji adanya tanda kerusakan kulit seperti lecet dan kemerahan sekitar area pembesaran ( lipatan paha ).
RASIONAL : mengetahui lebih dini gejala kerusakan kulit untuk dilakukani ntervensi selanjutnya.
2.      Berikan salep atau pelumas.
RASIONAL : mencegah kerusakan kulit.
3.      Kurangi aktifitas klien selama sakit.
RASIONAL : mencegah kerusakan yang lebih parah.
4.      Berikan posisi yang nyaman : abduksi.
RASIONAL : memberikan sirkulasi bagi aliran darah.
5.      Anjurkan klien menggunakan pakaian yang longgar terutama celana.
RASIONAL : mencegah iritasi yang lebih parah.

c.       Perubahan body image : citra tubuh b.d perubahan bentuk skrotum
Tujuan : Diharapkan setelah dilakuakan intervensi, klien tidak merasa bahwa penyakitnya adalah suatu penderitaan, dan pada bayi, orangtua harus memahami bahwa penyakit ini dapat disembuhkan.
Kriteria Hasil : Keluarga sabar menghadapi kondisi anaknya.
            Intervensi :
1.      Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan, dan ansietas seubungan dengan situasi saat ini.
RASIONAL : mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi.
2.      Perhatikan perilaku menarik diri pada keluarga, tidak efektif menggunakan pengingkaran atau perilaku yang mengindikasikan terlalu mempermasalahkan tubuh dan fungsinya.
RASIONAL : indicator terjadinya kesulitan menangani stress terhadap apa yang terjadi.
3.      Tentukan tahap berduka. Perhatikan tanda depresi berat /lama.
RASIONAL : identifikasi tahap yang pasien sedang alami memberikan pedoman untuk mengenal dan menerima perilaku dengan tepat. Depresi lama menunjukan intervensi lanjut
4.      Akui kenormalan perasaan.
RASIONAL : pengenalan perasaan tersebut diharapkan membantu orangtua pasien untuk menerima perilaku dan mengatasinya secara efektif.
5.      Anjurkan orang terdekat untuk memperlakukan pasien secara normal dan bukan sebagai orang cacat.
RASIONAL : menyampaikan harapan untuk mengatur situasi dan membantu perasaan harga  diri dan orang lain.
6.      Yakinkan keluarga bahwa penyakit ini dapat disembuhkan dan tetap sabar menghadapi kondisianaknya.
RASIONAL : memperkuat keyakinan keluarga dan memberikan semangat yang mempertahankan harga diri keluarga dan menghindari kecemasan yang berlebihan.







d.      Ansietas pada orang tua b.d kondisi anaknya dan kurang pengetahuan merawat anak.
Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan intervensi, orang tua memahami dan mengerrti tentang prognosa dan diagnose penyakit yang dialami oleh anaknya,
Kriteria hasil : cemas yang dialami orangtua klien berkurang bahkan hilang.
Intervensi:
1.      Beritahu dan jelaskan tentang prognosa dan diagnose penyakit yang dialami oleh anaknya.
RASIONAL : menghilangkan kecemasan orangtua klien karena ketidaktahuan tentang prosedur.
2.      Jelaskan tindakan yang akan dilakukan terhadap anaknya sebelum tindakan dilakukan.
RASIONAL : menghilangkan kecemasan orangtua klien karena ketidaktahuan tentang prosedur.
3.      Libatkan orangtua dalam perawatan terhadap anaknya.
RASIONAL : mengindari persepsi yang salah dan membantu menghilangkan kecemasan  pada anak.
4.      Berikan informasi bahwa penyakit ini dapat hilang dengan sendirinya.
RASIONAL : menghilangkan kecemasan orangtua klien karena ketidaktahuan tentang prosedur.
2.      Post Operasi
a.      Resiko infeksi b.d  insisi post operasi
Tujuan : diharapkan resiko terjadinya infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : Berkurangnya tanda-tanda peradangan seperti kemeraha-merahan, gatal, panas, perubahan fungsi.
            Intervensi :
1.      Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas walupun menggunakan sarung tangan steril.
Rasional : mengurangi kontaminasi silang
2.      Batasi penggunaan alat atau prosedur invasive jika memungkinkan
Rasional : mengurangi jumlah lokasi yang dapat menjadi tempat masuk organism.
3.      Gunakan teknik steril pada waktu penggatian balutan/penghisapan/berikan lokasi perawatan, misalnya jalur invasive.
Rasional : mencegah masuknya bakteri, mengurangi risiko infeksi nosokomial.
4.      Gunakan sarung tangan/pakaian pada waktu merawat luka yang terbuka/antisipasi dari kontak langsung dengan sekresi ataupun ekskresi.
Rasional : mencegah penyebaran infeksi/kontaminasi silang.

b.      Deficit pengetahuan orangtua b.d kondisi anak : prosedur pembedahan, perawatan postop, program pentalaksanaan.
Tujuan : Klien menyatakan pemahamannya proses penyakit, pengobatan dan potensial komplikasi.
                        Intervensi :
1.      Kaji ulang pembatasan aktivitas pascaoperasi.
RASIONAL : mencegah komplikasi lanjut dari pergerakan dan aktivitas yang berlebihan.
2.      Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodic
RASIONAL : mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan, dan lekas kembali pulih normal.
3.      Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi, dan kembali ke dokter untuk mengangkat jahitan / pengikat.
RASIONAL : pemahaman meningkatkan kerjasama dengana program terapi, meningkatkan penyembuhan dan program perbaikan.
4.      Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medic, contoh peningkatan nyeri; edema/eritema luka, adanya drainase, demam.
RASIONAL : upaya intervensi menurunkan risiko komplikasi serius contoh : lambatnya penyembuhan.






c.       Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan, trauma pembedahan.
Tujuan : Diharapkan setelah diberikan terapi, nyeri klien berkurang bahkan hilang.
Kriteria Hasil : skala nyeri 0-3 dan kllien tidak menangis serta gelisah.
                        Intervensi :
1.      Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (0-10). Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan cepat.
RASIONAL : berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan.
2.      Pertahankan istirahat dengan posisi semifowler.
RASIONAL : gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi.
3.      Dorong ambulasi dini.
RASIONAL : meningkatkan normalisasi fungsi organ.
4.      Berikan aktivitas hiburan.
RASIONAL : focus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi, dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
5.      Berikan analgetik sesuai indikasi.
RASIONAL : menghilangkan nyeri mempermuda kerja sama dengan intervensi terapi lain contoh batuk dan ambulasi.

D.    EVALUASI
1.      Pre operasi
a.       Nyeri klien berkurang bahkan hilang.
b.      Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
c.       Perubahan body image dan harga diri rendah tidak terjadi pada keluarga.
d.      Orangtua tidak cemas.

2.      Post operasi
a.       Tidak terjadi infeksi.
b.      Klien memiliki pengetahuan tentang prosedur perawatan dan pengobatan.
c.       Nyeri klien tidak berlangsung lama.
                                            
E.     PENDIDIKAN KESEHATAN
Pendidikan kesehatan yang diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan Hydrocele adalah dengan memeberikan penyuluhan kepada masyarakat agar masyarakat memahami tentang Hydrocele,dan apabila penyakit ini menyerang masyarakat, masyarakat dapat langsung berkonsultasi dengan pihak kesehatan. Tujuan ditetapkan adanya pendidikan  kesehatan ini, untuk mengajarkan masyarakat tentang Hydrocele.
                                                                    





















BAB IV
PENUTUP


A.     KESIMPULAN
Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis, yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karena gangguan dalam pembentukan alat genitalia external, yaitu kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum.
Asuhan keperawatan yang di berikan perawat kepada pasien meliputi pengkajian,analisa data,perumusan diagnosa keperawatan,perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi.

B.      SARAN
1.      Bagi Perawat
Diharapkan untuk memberikaniinformasi kepada keluarga agar sering mengontrol masalah kesehatan ke Rumah Sakit atau Puskesmas untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan lebih lanjut dan menghindari terjadinya kejadian yang dapat mengancam jiwa individu.
2.      Bagi pasien
Diharapkan agar keluarga selalu mengontrolkan masalah kesehatan pasien kepelayanan kesehatan antaralain rumah sakit atau puskesmas.
3.      Bagi keluarga
Diharapkan keluarga selalu memberikan dukungan atau bantuan dalam mengatasi semua masalah kesehatan yang di hadapi pasien.






DAFTAR PUSTAKA

Ä  Arif Mansjoer, dkk. 2001.Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Aesculapius : Jakarta
Ä  Dongoes M.2000.Perencanaan Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta
Ä  Hydrocele, http:// www. Medicastore. Com/ med. 2007
Ä  Saccharin, Rosa M,1997,Prinsip Perawatan Pediatric, edisi 2, EGC: Jakarta

1 komentar: